Ekspansi umat Muslim di Semenanjung Iberia merupakan serangan terkahir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang pernah dilakukan oleh gabungan orang-orang Arab dan Berber Afrika Utara. Mulai dari pengintaian oleh Tharif ibn Malik sampai puncak penaklukan yang dipimpin oleh Thariq ibn Ziyad pada 711 M/92 H.
Tentu, kesuksesan yang digapai oleh Thariq adalah berkat para pendahulunya yang telah dulu menaklukkan dan menjadikan Afrika Utara sebagai pusat kekuatan Islam di benua Afrika. Beragam cerita dan kisah diukir sejarawan tentang perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Berber dan Arab mulai mengetuk sampai membuka Andalus, namun ada beberapa kejanggalan yang penulis temukan berdasarkan analisis dari beberapa riwayat yang berbeda. Pada umumnya, kisah ekspansi Islam ke Semenanjung Iberia adalah sebagai berikut.
1. Konflik Internal Kerajaan Visigoth Spanyol
Saat dakwah Islam disampaikan oleh Musa ibn Nushair di Afrika Utara, banyak golongan Berber yang berbondong-bondong menjadi mualaf hingga teguh keislamannya. Termasuk diantaranya adalah Thariq ibn Ziyad, salah seorang komandan pasukan Berber yang sebelumnya menjadi komandan penjaga kota Tangier.
Thariq ibn Ziyad bersuku asli Amazigh Maroko, dan ia sebelumnya pernah menjadi budak Musa ibn Nushair. Melihat keteguhan Thariq, Musa mengangkatnya sebagai pemimpin pasukan dan sama-sama berjuang menyiarkan Islam. Mereka berhasil menguasai Maroko sampai ke kota Tangier, kecuali sebuah daerah bernama Ceuta (سبتة) yang masih dikuasai oleh Julian sejak masa ekspansi Uqbah. Julian tidak masuk Islam, melainkan hanya berdamai dengan Uqbah. Diketahui, ialah yang kemudian membantu menghantarkan umat Islam ke daratan Andalusia.
Saat itu, Spanyol berada di akhir masa kerajaan Visigoth yang sedang mengalami kemunduran di bawah kendali raja Roderick, seorang raja juga panglima yang dikenal licik. Sementara riwayat lain menyebutkan sebab kemunduran Visigoth adalah karena pajak yang memberatkan rakyat dan hanya menguntungkan sebelah pihak, ditambah para pemuka Nasrani ikut campur terkait urusan negara, dan banyak faktor lain yang berhujung kepada kemerosotan.
Sebelum Roderick, kerajaan Visigoth dipimpin oleh seorang Ratu bernama Achila, putri raja Witiza (غيطشة) yang dikudeta olehnya. Banyak yang memusuhi raja Roderick pasca kudeta, termasuk Julian. Ditambah, menurut berita yang didapat bahwa putri Julian pernah diperkosa oleh Roderick hingga membuatnya sangat marah dan dendam. Memanfaatkan kesempatan dari situasi yang dialami, Julian menemui Musa ibn Nushair dan meminta pertolongan umat Islam untuk menyerbu Andalus. Ia juga membocorkan kelemahan Spanyol kepada Musa dan berjanji akan membantu pasukan Islam menyerang mereka. Mendengar itu, Musa ibn Nushair sebagai gubernur Afrika Utara melaporkannya kepada khalifah Al-Walid. Dengan berhati-hati sang Khalifah meminta Musa ibn Nushair untuk mempelajari terlebih dahulu kekuatan dan wilayah kekuasaan Andalus. Lalu, tanpa mengulur waktu, Musa memerintahkan Tharif ibn Malik untuk menyeberangi Andalus. (Hitti, 2013)
Benarkah Julian (Gubernur Imperium Romawi di Ceuta) membantu umat Islam dalam penaklukkan Andalus?
Mengenai hal ini, Fransisco Codera, sejarawan Spanyol menyebutkan bahwa nama asli Julian ialah Urban atau Olban. Fransisco menggunakan metode historical criticism yang mengungkapkan bahwa kisah tentang pemerkosaan Florinda, anak gadis Julian yang cantik, oleh Roderick, juga cerita tentang kerjasama Julian dengan orang-orang Arab hanyalah legenda belaka. Faktanya, seluruh cerita penaklukkan itu telah banyak dibubuhi, dalam artian adanya tendensi melebih-lebihkan oleh para penulis kronik Spanyol dan Arab. (Codera, 1903) Penulis belum menemukan referensi lebih lanjut tentang persekongkolan Julian dengan umat Muslim.
2. Tharif Ibn Malik Mengetuk Pintu Andalusia
Awalnya, Musa ibn Nushair sebagai gubernur Afrika Utara berniat melakukan pengintaian ke Andalus. Ia mengutus intelijen terbaiknya Tharif ibn Malik untuk menyeberangi selat Gibraltar dengan empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Pasukan yang bergabung ketika itu berjumlah sekitar 500 orang. Singkatnya, mereka berhasil kembali setelah menghancurkan sarana pertahanan di pesisir Andalus juga membawa harta rampasan perang dengan jumlah yang besar.
Imam at-Thabari menyebutkan empat pendapat yang mengklaim tentang Muslim pertama yang membuka Andalus, yaitu:
a. Pendapat pertama; Musa ibn Nushair pada 91 H/710 M
b. Pendapat kedua; Tharif ibn Malik pada 91 H
c. Pendapat ketiga; Thariq ibn Ziyad pada 91 H
d. Pendapat keempat; Abdullah ibn Nafi’ ibn Abdul Qais al-Fihri dan Abdullah ibn al-Hushain al-Fihri telah membuka Andalus melalui jalur laut pada masa Utsman ibn Affan. (Al-Thabari, 2009)
Lebih lanjut, Dr. Abdurrahman ‘Ali al-Hajji, menjelaskan tatkala Afrika sudah ditaklukkan, Utsman ibn Affan r.a. mengirim perintah kepada Abdullah ibn Nafi’ ibn Qais dan Abdullah ibn Nafi’ ibn al-Hushain agar segera bergerak ke Andalus melalui jalan laut. Peperangan tersebut terjadi pada 27 H dan bertujuan untuk membuka kepulauan Andalus serta mengambil ganimahnya lalu kembali dengan selamat.
Kalaupun benar, tentu penaklukkan pertama Andalus yang dilakukan tidak permanen sebab daratan Afrika ketika itu masih dalam tahap penaklukkan. Sedang Eropa masih dikuasai oleh Kerajaan Visigoth di Spanyol dan Kerajaan Franka di wilayah Eropa Barat. Melainkan, bangsa Arab hanya memberikan stimulus kepada imperium Romawi Barat tersebut.
Di sisi lain, Muhammad Ridha, sastrawan Mesir dan penulis kitab “Utsman ibn Affan” menjelaskan bahwa armada laut pasukan Islam baru pertama kali berlabuh yaitu ketika penaklukkan Cyprus pada 28 H, bahkan ketika itu Khalifah Utsman merasa khawatir akan penaklukkan jika dilakukan melalui jalur laut.
Jadi, peristiwa sejarah ini dapat dianalisis secara rasional, bahwa tidak mungkin Andalus dapat ditaklukkan oleh Al-Fihriyan (Abdullah ibn Nafi’ ibn Qais dan Abdullah ibn Nafi’ ibn al-Hushain) pada masa Utsman ibn Affan, karena armada laut pasukan Islam yang berpusat di Syam baru pertama kali berlabuh setahun setelahnya menuju Cyprus. Dilihat dari letak geografis pun, Syam dan Andalus memiliki jarak yang sangat jauh.
Adapun jika dikatakan Thariq ibn Ziyad yang pertama menaklukkan Andalusia melalui darat, tentu lebih rasional karena daratan Afrika Utara telah dikuasai oleh umat Islam. Sedangkan Tharif ibn Malik lebih pantas disebut sebagai pembuka yang mengetuk pintu Andalus bukan penakluk. Ketika diutus mengintai Spanyol, Tharif memanfaatkan dengan meluluhlantakkan pertahanan mereka dan mengambil ganimah kemudian bergegas kembali ke Afrika Utara.
Sementara Musa ibn Nushair bisa disebut sebagai gubernur Afrika Utara pertama yang menaklukkan Andalus, hanya ia tidak menaklukkannya secara langsung melainkan melalui panglimanya, Thariq ibn Ziyad. Dan Thariq pula belum tentu dapat membuka Andalus jika bukan karena perintah Musa sebagai atasannya. Musa baru bergerak dan terjun langsung ke daratan Spanyol setahun setelah ditaklukkan oleh Thariq yaitu pada 712 Masehi.
3. Kerajaan Visigoth Runtuh dan Bermulanya Sejarah Baru Umat Islam di Semenanjung Iberia
Mengetahui kelonggaran yang terjadi di kerajaan Visigothik, Musa ibn Nushair langsung mengirimkan 7.000 pasukan yang dipimpin oleh Thariq ibn Ziyad menuju Andalusia pada 711 M/92 H. Infanteri Muslim terdiri dari gabungan tentara Berber dan Arab yang diutus oleh Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik. Kemudian, mereka menyeberangi selat pemisah antara Maroko dan Spanyol hingga sampai ke sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gibraltar, orang Arab menyebutnya Jabal Tariq, sebagai tempat pertama mendaratnya Thariq ibn Ziyad beserta pasukan. Dengan dikuasainya daerah pesisir itu, maka Thariq memiliki peluang besar untuk menguasai wilayah Spanyol.
Menyadari wilayahnya mulai dimasuki kaum muslimin Afrika, Roderick pun langsung menyiapkan pasukan sebanyak 70.000 orang hingga meletuslah pertempuran sengit antara umat Islam dengan pasukan kerajaan Visigothik. Pantang menyerah, Thariq sempat mengirimkan surat penambahan kuota pasukan kepada Musa ibn Nushair. Tidak lama, surat tersebut direspon oleh Gubernur Musa dengan mengirimkan bala bantuan tambahan sejumlah 5.000 pasukan sehingga bala tentara Thariq seluruhnya berjumlah 12.000 pasukan. Meskipun, jumlah kaum muslimin masih tergolong sangat sedikit, namun mereka berhasil mengalahkan pasukan Visigoth, dan raja Roderick pun terbunuh di sebuah lembah bernama lembah Lakkah. Selanjutnya, Thariq mulai menjarahi satu persatu kota lalu menguasai Cordova (قرطبة), Granada (غرناطة), dan Toledo (طُلَيطُلة) sebagai ibukota penting Kerajaan Gothik.
Mitos Pembakaran Kapal Oleh Pasukan Thariq Ibn Ziyad
Tidak masuk akal, seperti yang diungkapkan Dr. Mahmoud Ali Makki, bekas wakil Direktur Institut Studi Islam di Madrid, juga peneliti literatur dan sejarah Andalusia yang telah men-tahqiq kitab “Al-Muqtabis” karya Ibn Hayyan al-Andalusi, bahwa berita penting ini disembunyikan dari semua sejarawan sebelumnya.
Dapat ditelusuri kisah tentang pembakaran kapal oleh pasukan Thariq ibn Ziyad bersumber dari tiga penulis awal seperti Ibn Muhammad al-Idrisi (w. 560 H), dan bukunya “Nuzhat al-Mushtaq” pada tahun 548 H, lalu Abu Marwan ‘Abd al-Malik ibn al-Kardabus, pengarang “Tarikh al-Andalus”, serta Muhammad ibn Abdullah al-Himyari, penulis kitab “Al-Rawd al-Mitar”. Kemudian narasi mereka diikuti dan diulangi oleh sejarawan lain setelahnya.
Contoh narasi yang ditulis oleh Ibn al-Kardabus adalah sebagai berikut:
“…Kemudian Tariq pergi ke Cordoba setelah membakar kapal dan berkata kepada pasukannya: Berperang atau mati!” (Ibn Kardabus, 1971)
Dr. Mahmoud Ali Maki telah membuat perbandingan antara sejumlah mitos, dan mengaitkannya dengan legenda yang sama berasal Timur. Menurut pengamatannya, terdapat kemiripan yang jelas antara berita pendaratan Tariq bin Ziyad dan para prajuritnya di pantai Andalusia dengan legenda yang beredar dalam berita Arab kuno tentang pembakaran kapal oleh Wahrez al-Farisi ketika membantu Sayf ibn Dhi Yazan dalam penaklukan Yaman. (‘Uwais, 1995)
Ditambah oleh Dr. Al-Abadi, bahwa legenda pembakaran kapal tersebut begitu populer di Spanyol sehingga beberapa penakluk Spanyol terpengaruh untuk mencoba menerapkannya dalam beberapa tindakan militer, dan telah menyebar di kalangan mereka istilah “He Quemado Todasnaves” yang berarti “saya telah membakar semua kapal saya”. (‘Uwais, 1995)
Oleh karena tersebarnya berita yang tidak valid ketika itu, menyebabkan orang-orang Kristen Spanyol memiliki andil dalam menambahkan banyak peristiwa anekdot dan legendaris pada narasi tersebut.
Sementara, penulis dan beberapa peneliti sejarah lebih condong kepada hipotesa sejarah yang mencatat bahwa Tariq sempat meminta dukungan dari Musa ibn Nushair di Afrika Utara setelah melihat sejumlah besar tantara Visigoth. Benar, bahwa Musa mengirimkan bala bantuan tambahan berjumlah 5000 pasukan. Bagaimana mungkin hal itu akan terjadi jika seluruh kapal yang mengangkut pasukan Tariq dibakar sebagaimana yang tertuang dalam mitos sejarah!
4. Puncak Keberhasilan dan Akhir Hidup Sang Penakluk Andalusia
Setelah berhasil merealisasikan misinya, Thariq mengirimkan surat kepada Musa ibn Nushair dan memberitakan kabar gembira atas keberhasilan mereka menaklukkan sebagian besar wilayah Andalusia dan banyaknya harta rampasan yang didapatkan. Mengetahui itu, Musa langsung membalas pesan Thariq dengan memerintahkannya untuk menghentikan gerakan. Namun Thariq memilih untuk tetap meneruskan ekspansi karena menurutnya jika gerakan dihentikan maka akan membahayakan kaum muslimin ketika itu mengingat pasukan Visighot yang terus menyusun strategi perang. Niat Thariq atas alasan keamanan tersebut juga disampaikan kepada Musa ibn Nushair melalui surat.
Setelah membaca pesan yang disampaikan Thariq, Musa ibn Nushair langsung berangkat ke Spanyol bersama 18.000 bala tentara tepatnya pada 712 M/93 H dan disambut langsung oleh Thariq yang saat itu sedang menuju kota Toledo. Sedangkan Imam at-Thabary mengatakan mereka bertemu di Cordova. Lantas Musa ketika itu sangat marah kepada Thariq karena telah mengabaikan perintahnya sebagai atasan. Thariq sebagai panglima perang yang telah menguasai separuh wilayah Spanyol pun akhirnya dipenjarakan olehnya.
Dalam kitab “Al-Bayanul Mughrib fi Ikhtishari Akhbari Mulukil Andalusi wa al-Maghrib”, Ibnu ‘Idzari al-Murrakusyi tidak menyebutkan bahwa Thariq ibn Ziyad dipenjarakan oleh Musa ibn Nushair, melainkan hanya mencambuknya dan mengambil harta rampasan perang dari Thariq terutama meja antik besar (maidah) Nabi Sulaiman.
Legenda menuturkan bahwa meja tersebut sengaja dibuat sebagai persembahan kepada Raja Sulaiman. Kemudian saat Romawi berkuasa, mereka merampas meja unik tersebut dari kaum Yahudi Yerussalem lalu dibawa oleh bangsa Gotik Barat. Setiap Raja Gothik berlomba-lomba dengan raja sebelumnya untuk memperindah meja tersebut dan disimpan di Katedral Toledo hingga akhirnya berhasil direbut oleh Thariq.
Setelah menghukum Thariq, lalu Musa mengangkat Mughits ibn al-Harits menggantikan kedudukannya. Tapi malah Mughits menolak perintah tersebut, ia menuntut untuk mengembalikan posisi Thariq ke semula. Bahkan ia sempat diam-diam mengirimkan pesan kepada Khalifah Al-Walid di Damaskus dan menceritakan kejadian tersebut. Mengetahuinya, sang khalifah yang dikenal adil pun langsung bertindak hingga akhirnya Thariq kembali diangkat menjadi pemimpin pasukan lalu mereka berdua melanjutkan ekspansi menuju Castilla, Aragon, hingga Catalonia.
Profesor sejarah Universitas New York, David Levering Lewis menyebutkan bahwa setelah beberapa saat menjadi gubernur Spanyol-Islam, Thariq ibn Ziyad dipanggil kembali oleh Khalifah Al-Walid ke Damaskus. Ia berangkat bersama Musa ibn Nushair pada 714 Masehi. Lalu setahun setelahnya sang khalifah wafat dan digantikan oleh Sulaiman ibn Abdul Malik.
Saat menjabat sebagai khalifah, Sulaiman ibn Abdul Malik sempat akan mengangkat kembali Thariq menjadi gubernur Andalus, namun gagal karena adanya desas-desus yang menggambarkan bahwa rakyat Andalus sangat taat terhadap Thariq, sehingga membahayakan kedudukan khalifah. Akhirnya, Khalifah membatalkan rencananya tersebut.
Sedangkan, tahun-tahun akhir hidup Thariq ibn Ziyad masih penuh misteri karena tidak banyak yang meriwayatkannya. Alwi Alatas menyatakan bahwa Thariq wafat pada tahun 720 Masehi.
Sementara penaklukkan di Andalus dilanjutkan oleh putra Musa ibn Nushair bernama Abdul ‘Aziz yang menjadi ‘amir pertama Spanyol-Islam dan terus berlanjut dari masa ke masa hingga akhirnya militer muslim berhasil menjangkau seluruh wilayah Spanyol, Prancis Tengah dan wilayah-wilayah penting dari Italia.
Umat Islam pun mulai membangun dan mempercantik lagi bangunan dan kota-kota di Spanyol. Banyak masjid dibangun, pepohonan dan bunga-bunga juga diimpor dari Timur. Tidak hanya itu, mencapai masa kejayaannya, Andalusia bahkan menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan dengan beribukota di Kordoba.
Dalam dunia Islam, Kordoba merupakan salah satu pusat budaya yang maju. Populasi kekhalifahan Kordoba ini pun mencapai 500.000 jiwa dan saat itu mengalahkan Konstantinopel sebagai kota terbesar dalam segi jumlah maupun kemakmuran penduduk di Eropa.
5. Cendekiawan Dan Ulama Andalus Terkenal
- Ibnu Rusyd, filsuf terkenal yang pernah mengajar di Universitas Al-Qarawiyyin Fes, karyanya yang terkenal ialah “Bidayatul Mujtahid” dan “Tahafut at-Tahafut”.
- Ibnu Hazm, pengarang kitab “Al-Fashl fi al-Milali wa al-Ahwa’i wa an-Nihal”.
- Qadi Ayyad, ulama Maroko asal Andalus yang dikenal sebagai ahli Hadits dan pernah menjabat sebagai hakim tinggi di Granada. Makam beliau berada di kota Marrakech dan menjadi salah satu dari tujuh wali di Maroko.
- Imam Al-Qurthubi, pengarang kitab Tafsir al-Qurthubi.
- Az-Zahrawi (Abulcasis), seorang dokter bedah yang sangat fenomenal.
- As-Syatibi, ulama ahli maqashid pengarang kitab “Al-Muwafaqat”.
- Ibn Tufail & Ibn Bajjah (Avempace), ahli astronomi.
- Ibn Firnas, orang pertama dalam sejarah, yang telah membuat upaya percobaan ilmiah dalam ilmu penerbangan.
- Al-Idrisi
- Ibn ‘Abdil Barr
- Ibn Hayyan
- Ibn al-Abar
- Ibn al-Baitar
- Ibn Zohr
- Ibn Masarra
- Ibn Bashkuwal
- Abd al-Malik Ibn Habib
- Ibn al-Khatib dan banyak lainnya.
REFERENSI
· ‘Uwais, Abdul Halim. Ihraq Thariq Ibn Ziyad li as-Sufun Usthurah, La Tarikh, Cet. 1, (Cairo, 1995).
· Alatas, Alwi. Sang Penakluk Andalusia: Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusayr. (Jakarta: Zikrul, 2007).
· At-Thabari, Ibn Jarir. Tarikh al-Umam wal Muluk.
· Codera, Fransisco. Estudios Criticos de Historia Drabe Espanola, Seri 2, (1903).
· Dar al-‘Ilm. Atlas Sejarah Islam: Sejak Masa Permulaan Hingga Kejayaan Islam. (Jakarta: Kaysa Media, 2011).
· Hitti, Philip. K. History of The Arabs (Terjemahan oleh IKAPI). Cet. 1, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013).
· Ibn Kardabus. Tarikh al-Andalus, di-tahqiq oleh Dr. Ahmad Mukhtar al-Abadi, (Madrid: Ma’had ad-Dirasat al-Islamiyah, 1971).
· Ibnu ‘Idzari al-Murrakusyi. Al-Bayanul Mughrib fi Ikhtishari Akhbari Mulukil Andalusi wa al-Maghrib. (Tunis: Dar el-Gharb el-Islami, 2013).
· Lewis, David Levering. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. (Jakarta: Serambi, 2008).
- Ridha, M. (2010, November 14). Utsman ibn Affan Dzunnurain. Diambil kembali dari Al-Maktabah as-Syamilah: http://shamela.ws/index.php/book/552
No comments
Post a Comment