BREAKING NEWS
latest

Advertisement

Ketika Teman Menyapa

Hai kopi, mengapa kamu selalu menemani pagi?
Malam tak pernah tampak batang hidungmu
Hanya sesekali
Engkau menemani ia yang sepi
Walau begitu, masih ada yang rela mengawani kesepian malam

Hai indomi, kenapa kau selalu menemani mahasiswa?
Banyak orang kata kau jahat
Suka menyakiti
Walau begitu, masih ada yang merayu untuk kau temani
Apalagi saat merindukan masakan nusantara

Hai ujian, kenapa kau selalu mendatangi pelajar?
Kau selalu hadir di saat yang tidak tepat
Tak peduli hujan
Badai
Panas
Dingin
Engkau selalu menghampiri
Walau begitu, masih ada yang sadar
Jika bukan karena kau, mereka tak akan mengetahui arti kehidupan
Karena hidup adalah ujian

Guru dan Murid Dalam Islam

Para filsuf muslim sangat memperhatikan hak-hak dan kewajiban seorang guru dan penuntut ilmu (pelajar) dengan menuliskan karakter dan sifat-sifat yang tercermin dari keduanya. Seperti kitab “Jami’ Bayan al-‘Ilm wa Fadhlih” karya An-Namariy Al-Qurthuby tentang adab seorang murid dan guru. Begitu pula kitab “Fatihat al-‘Ulum” dan “Ihya ‘Ulum ad-din” yang ditulis oleh Imam al-Ghazali. Bahkan mereka menganggap guru itu sebagai orang yang suci dan menempati posisi yang hampir sederajat dengan posisi para nabi. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya tinta para ulama lebih utama daripada darah para syuhada.” Orang yang berilmu dan bekerja lebih baik daripada orang yang berpuasa pada siang hari dan menghabiskan waktu malam hanya dengan beribadah dan sholat. Imam al-Ghazali telah menyebutkan kedudukan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Beliau berkata : “Seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmu itu, maka dialah yang dinamakan di bawah kolong langit ini. Dia ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai pula dirinya sendiri. Dan bagaikan minyak kasturi yang memberi aroma harum kepada orang lain. Maka sekalipun ia menyibukkan diri dengan ajar-mengajar namun ia telah mengasumsikan suatu perkara yang agung dan juga resiko yang amat besar, oleh karenanya hendaklah ia menjaga adab dan amanahnya.”
            Ahmad Syauqi, seorang penyair telah menjelaskan keutamaan seorang guru, ia berkata:
Sambutlah Sang Guru, dan berikan penghormatan untuknya, hampir-hampir seorang guru menjadi seorang Rasul (atau menyamai fungsi dan kedudukannya)”
            Ia adalah seorang guru rohani kepada muridnya. Yaitu seorang yang mengenyangkan jiwa dengan ilmu, membenarkan dan meluruskan akhlak. Maka memuliakannya adalah suatu kehormatan bagi anak-anak kita jika ia menyampaikan risalahnya dengan baik.
Seorang murid dituntut untuk melaporkan kepada gurunya jika berhalangan mengikuti pelajarannya. Adapun di pesantren-pesantren Islam, seorang guru memegang kekuasaan penuh terhadap proses belajar mengajar. Ia bebas menentukan materi, waktu dan jumlah hadirnya dalam majelis ilmu.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pendidikan islam yaitu :
1.     Memiliki sifat zuhud dan mengajar karena mencari keridhaan Allah.
Guru memiliki kedudukan yang mulia dan dimuliakan. Ia memiliki tugas-tugas yang sesuai dengan kedudukannya, ia harus memiliki atau menjadi zahid yang sesungguhnya, melaksanakan tugas pengajaran karena mencari keridhaan Allah semata anpa harus menunggu balasan uang atau pangkat. Tidaklah tujuan seorang guru melainkan mengharap ridha Allah dalam menyebarkan ilmu dalam proses belajar mengajar.
Namun ada juga para guru yang membantu mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan menjual buku-buku bagi siapa yang menginginkannya.
Dan telah berabad-abad lamanya bahwa para ulama mengajarkan ilmu mereka dan tidak sekalipun menerima upah dalam kegiatan belajar mengajar. Namun setelah berlalu masa-masa itu muncul lah sekolah-sekolah yang menentukan taraf pendidikan begitu pula pengajarnya sehingga ditentang oleh banyak kalangan para ulama, mereka mengatakan bahwa hal itu akan menghilangkan tingkat kezuhudan dan wara' seorang guru.
Akan tetapi yang kita yakini ialah hal tersebut bukanlah suatu yang luput daripada mengharap ridho Allah dan zuhud di dunia, melainkan seorang guru itu sekalipun ia zuhud namun juga membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.     Seorang guru harus suci dan bersih.
Seorang guru hendaknya suci badan dan anggota tubuhnya, menjaga diri dari perbuatan dosa, suci jiawanya dengan membebaskan diri dari perilaku sombong, riya', dengki, permusuhan, pemarah, dan sifat-sifat tercela lainnya. Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Dua macam umatku akan celaka; orang yang berilmu tapi jahat, dan orang-orang yang beribadah tapi bodoh, sebaik-baik orang adalah orang yang berilmu tapi baik, dan seelek-jelek orang adalah orang berilmu tapi jahat." (Hadist).
3.     Ikhlas dalam menjalankan tugas.
Keikhlasan guru dalam melaksanakan tugasnya merupakan sarana yang paling ampuh untuk kesuksesan para muridnya dalam proses belajar.

PERNAHKAH Anda Mendengar Perpustakaan Escorial? Mengapa Perpustakaan Itu Dipenuhi Manuskrip Arab?

Setelah kekuatan muslim dipatahkan oleh reconquista Spanyol, peradaban bangsanya juga ikut

dihancurkan. Setiap hari, hampir satu juta buku dibakar di lapangan Granada.

Pada 1556-1598 M, kurang dari dua ribu volume kertas yang dapat diselamatkan dan dikumpulkan oleh Raja Philip II dan para penerusnya dari perpustakaan Arab. Hasil pemungutan sisa-sisa itu menjadi bahan pokok untuk membangun perpustakaan Escorial (sampai saat ini masih berdiri kokoh tidak jauh dari kota Madrid).

Pada paruh awal abad ke-17 sultan Maroko, Syarif Zaidan melarikan diri dari ibukota, mengirimi koleksi perpustakaannya dengan kapal menuju Marseille, namun di tengah perjalanan ia dibajak dan kapalnya jatuh ke para perompak Spanyol, mereka mendapatkan barang rampasan berupa buku dan alat-alat tulis berjumlah sekitar tiga atau empat ribu volume yang kemudian disimpan oleh pelayan Raja Philip III di Escorial. Berkat koleksi itulah menjadikannya salah satu perpustakaan terkaya dengan manuskrip-manuskrip Arab.

Salah satu koleksi perpustakaan tersebut telah menyebutkan dan memperkenalkan sejumlah murid Ibnu Rusyd yang kemudian banyak dinukil oleh Ernest Renan (pakar bahasa-bahasa Semitic, sejarawan dan filsuf Perancis).

Diantara muridnya yang paling berpengaruh ialah Ibnu Tumlus, biografi dan interpretasi mengenai Ibn Tumlus telah ditulis oleh Dr. Fouad ben Ahmed (pakar filsuf Maroko, dosen filsafat di pasca sarjana Dar El Hadith El Hassania, Rabat) berjudul "ابن طملوس الفيلسوف والطبيب" terbitan penerbit Dar el-Aman Rabat-Maroko, Kalima Publishing Tunis, Editions El-Ikhtilef Al-jazair, dan Editions Difaf Beirut tahun 2017.

MENGAPA Sultan Muhammad Abu Abdullah XII (Sultan Terakhir Granada) Menangis di Spanyol?


Siapa yang tidak menangis darah, jika tidak mampu mempertahankan istana yang telah dikuasai
selama lebih kurang 800 tahun di tanah Eropa. Penaklukkan dilakukan dengan mengerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki, nyawa bukan lagi hal yang ditakutkan hilangnya, darah bagai keringat yang bercucuran, anak istri dan seluruh sanak keluarga ditinggalkan demi menegakkan panji-panji ilahi. Semata-mata hanya kepada Allah menjadi simbol kekuatan hingga membuat mereka tak gentar menembus perisai musuh.

Banyak sejarawan orientalis, terutama yang tidak terima akan penaklukkan Islam di Eropa menyatakan bahwa bangsa Moor telah menjajah mereka. Tapi apakah sebenarnya arti penjajahan? Menjajah berarti mengeksploitasi sumber daya alam maupun manusia, sementara umat muslim menaklukkan Andalusia demi meningkatkan dan memajukan peradaban bangsanya, terbukti pada abad 10 sampai 13 Masehi adalah puncak kejayaan bumi Andalusia. Banyak ilmuwan, filsuf dan ulama muncul bahkan kegemilangan mereka bisa menandingi Baghdad sebagai pusat keilmuwan termaju di Timur ketika itu. Jelas keliru yang menyebutnya sebagai bentuk dari penjajahan.

Namun yang sangat disayangkan, seiring berjalannya waktu para sultan dan penguasa muslim semakin lupa dengan niat ikhlas leluhur mereka. Nafsu lebih dikedepankan, agama bukan lagi tujuan semata. Dinasti Nashriyah (Dinasti terakhir di Andalusia berkuasa mulai 1232-1492 M, atau disebut Nasrid dan Bani Ahmar) sering bergonta-ganti sultan, hingga kecerobohan dilakukan oleh Ali Abu al-Hassan dengan menolak membayar upeti yang sudah lazim juga menyerang wilayah Castile (ketika itu dikuasai oleh Raja Ferdinand) bagai membangunkan singa-singa Spanyol. Sejak kejadian tersebut, Raja Ferdinand dan istrinya, Ratu Isabel mulai bergerak dan merencanakan pengambilalihan kekuasaan kota Granada.

Ali Abu al-Hassan diketahui memiliki gundik kristen yang lebih disayang daripada istrinya, 'Aicha el-Hurrah (dalam beberapa riwayat disebutkan bernama Fatimah, bukan Aicha). Karena cemburu, 'Aicha mempengaruhi anaknya, Sultan Muhammad Abu Abdullah XII agar mengadakan pemberontakan terhadap sang ayah demi mendapatkan kekuasaan. Pemberontakan pun terjadi hingga akhirnya sang ayah menjadikan ia sebagai penggantinya menguasai Granada. Namun sebagai pemuda berumur 25 tahun dan belum berpengalaman dalam memimpin, ia bertindak ceroboh pula dengan mencoba menaklukkan kota Lucena, hingga akhirnya kalah dan ditawan oleh penguasa kristen.

Ali Abu al-Hassan sesaat menggantikan sang anak, lalu menyerahkan kekuasaan kepada saudara kandungnya bernama Muhammad al-Zaghall.

Sementara itu, raja Ferdinand melihat peluang besar dengan menawan Abu Abdullah, sang raja menjanjikannya kekuasaan atas kota Granada jika ia berhasil mengalahkan dan merebut kota tersebut dari sang paman, Sultan Muhammad al-Zaghall. Akhirnya Abu Abdullah menerima tawaran tersebut tanpa menyadari niat licik dari sang raja. Terjadilah pertempuran dua sultan bersaudara di tanah Andalusia dan dimenangkan oleh Abu Abdullah.

Tidak lama setelah menduduki kembali istana Alhambra, Raja Ferdinand memintanya agar menyerahkan kota tersebut. Barulah Abu Abdullah sadar akan maksud dan tujuan sang raja hingga membuatnya menyesal sampai akhir hayat. Tak bisa dihindari, sebulan setelah permintaan sang raja, kota Granada pun dikepung oleh 10.000 tentara berkuda. Sultan Muhammad Abu Abdullah menolak untuk berperang karena permintaan istri dan demi anaknya agar tetap bertahan hidup.

Pada Desember 1491 Masehi, Sultan Abu Abdullah menyerahkan kunci istana Alhambra, Raja Ferdinand dan Ratu Isabel pun menyetujui beberapa syarat yang diajukan oleh sultan diantaranya memberikan kebebasan masyarakat muslim menganut agamanya.

Pada 2 Januari 1492, orang-orang Castile mulai memasuki Granada, mereka menggantikaan bulan sabit di menara-menara kota itu menjadi salib. Lenyaplah sudah seluruh kekuasaan Islam di bumi Eropa.

Dari rentetan sejarah ini, dapat disimpulkan bahwa tangisan Sultan Muhammad Abu Abdullah XII ketika terakhir menoleh ke istana Alhambra di sebuah dataran tinggi berbatu (dikenal dengan nama El Último Suspiro de Moro berarti desahan terakhir sang Moor), bukanlah semata-mata karena penyesalan atas dirinya yang telah menusuk saudaranya, Al-Ghazall dari belakang, melainkan ia juga harus menelan pahitnya takdir dengan mewarisi kekuasaan yang telah kacau balau dari para pendahulunya.

Tampak saat paruh kedua abad 13, Spanyol mulai menggencarkan upaya reconquista, kristenisasi dan penggabungan kembali Spanyol. Hingga pada penghujung abad 13 banyak kaum muslim yang telah tunduk kepada kristen (mereka disebut mudéjar) dan diwajibkan membayar upeti kepada raja-raja kristen. Kaum mudéjar itu banyak yang melupakan bahasa Arab dan malah mengadopsi dialek Romawi hingga lama kelamaan berasimilasi dengan orang kristen. Itu terjadi karena perpecahan yang terjadi akibat konflik internal dan eksternal dari Dinasti Umayyah menjadi dinasti-dinasti kecil yang berdiri sendiri dengan kekuatan kecil sehingga dengan mudah raja-raja kristen menundukkan kembali wilayahnya.

DI MANAKAH Keberadaan Cucu-Cucu Dari Keturunan Moriscos Saat Ini?

Beberapa tahun belakangan muncul sebuah berita berjudul "Les Musulmans Réclament Le Droit Du Retour" yang diterbitkan dalam surat kabar Maroko (Correo Diplomatico, 2015) dan sempat mengejutkan pemerintah Spanyol hingga para tokoh sejarawan dunia lantas Ahmad Mourisque Bensalh (seorang wartawan Maroko, diduga sebagai keturunan Moriscos) menyatakan bahwa cucu-cucu dari keturunan kaum Moriscos mengklaim akan kembali ke tanah air mereka, Andalusia-Spanyol. Dan mereka harus mendapat kewarganegaraan Spanyol.

Hal ini ia utarakan setelah José Ribeiro e Castro, seorang anggota parlemen Portugal merancang undang-undang untuk mengembalikan Yahudi Sephardik (Converso dan Marranos) setelah kejadian pembantaian dan pengusiran oleh inkuisisi dan penguasa Spanyol sekitar 500 tahun lalu karena dianggap sebagai kejahatan perang.

Berangkat dari keinginan José Ribeiro tersebut, Ahmad Mourisque menilai adanya diskriminasi mencolok dan ketidakadilan jika undang-undang yang ia rancang berhasil direalisasikan, mengingat kaum Moriscos juga mendapat perlakuan yang sama ketika itu oleh penguasa Spanyol. Dan saat ini, terdapat sekitar lima juta cucu-cucu keturunan Moriscos yang mendiami Maroko, seperti di kota Tangier, Tetouan dan Chefchouan. Sedangkan sekitar lima juta lainnya tersebar di beberapa negara seperti Al-Jazair, Tunisia, Mauritania, Libya, Mesir dan juga Turki.

José Ribeiro menutup mata dengan mengatakan bahwa kewarganegaraan Spanyol hanya berhak diberikan kepada keturunan Sephardik Yahudi, sedangkan bahasa Arab adalah penjajah yang sepatutnnya menerima penarikan kembali daerah jajahannya.

TAHUKAH ANDA Bahwa Maroko Ialah Tempat Pertama Pembuatan Kertas?

Kita ketahui, bahwa kertas merupakan salah satu kontribusi penting dalam seluruh aspek keilmuan, eksak maupun non-eksak. Terlebih ketika suatu bangsa dikenal sangat antusias mengkaji berbagai sumber pengetahuan, karenanya akan meningkatkan sebuah peradaban. Ibnu Khaldun pernah mengatakan bahwa ilmu bukan hanya menyangkut perihal materialistis, melainkan dengannya juga seseorang bisa hidup dengan baik dalam masyarakat maju dan berbudaya.

Al-Maqqari, sejarawan muslim kelahiran Al-Jazair tahun 1577 M, pernah menjadi Mufti dan Imam Jami' Qarawiyyin Fes pada 1603 M menyebutkan bahwa kumpulan buku-buku di Spanyol tidak akan mungkin ada tanpa adanya kertas di negeri itu. Tanpanya pula, percetakan dengan mesin cetak (yang ditemukan di Jerman sekitar pertengahan abad ke-15) tidak akan berhasil. Umat Islam lah yang telah berkontribusi mewujudkan peradaban Eropa. Dan Maroko adalah tempat pertama pembuatan kertas, lalu industri kertas menyebar ke Timur, hingga akhirnya mencapai Spanyol pada pertengahan abad ke-12.

Seperti kata "ream" dalam bahasa Inggris, adalah serapan dari bahasa Perancis "rayme", berasal dari bahasa Spanyol "resma", dan dari bahasa Arab "rizmah", yang berarti bundel.

Setelah Spanyol, industri kertas dikembangkan di Italia antara tahun 1268-1276 M juga atas pengaruh umat Islam, yang berasal dari Sisilia.

MENGENAL Beberapa Istilah Bangsa Andalus Pasca Reconquista

1. Mudéjar :

(Bahasa Arab: مدجن) ialah umat Muslim Andalus yang tunduk dibawah kekuasaan Kerajaan Kristen Spanyol, sejak Kapitulasi Granada pada tahun 1492. Mereka mendapatkan hak penuh dalam menjalankan syariat Islam sebagaimana perjanjian yang telah diratifikasi oleh Raja Muhammad XII dan pasangan monarki Katolik Ferdinand II dan Isabel.

Hingga tahun 1502, uskup agung Katolik dan komite inkuisisi melakukan kristenisasi seluruh warga Muslim, mereka diberi pilihan antara konversi ke agama Kristen Katolik atau diusir dari Semenanjung Iberia.

Thomas de Torquemada, ditunjuk sebagai pelaksana inkuisisi agung oleh Paus Innocentius VIII, terjadilah pembantaian dan teror dengan menyiksa, membunuh dan membakar ribuan manusia di tiang-tiang karena dianggap melakukan bid'ah (penyimpangan dari ajaran Katolik). Kebiadaban Dewan Inkuisisi Spanyol ini telah ditulis oleh sejarawan Amerika, Henry Charles Lea, dalam empat bukunya yang berjudul "A History of The Inquisition of Spain".


2. Moriscos atau Crypto-Muslim :

Yaitu istilah yang muncul pasca Reconquista, merujuk kepada penduduk muslim Andalus yang dipaksa berpindah keyakinan menjadi pemeluk agama Kristen Katolik karena diberhentikannya toleransi terhadap seluruh muslimin di Spanyol oleh Ratu Isabel tahun 1502, perjanjian yang semula ditulis dan disepakati bersama dengan Raja Muhammad XII pun dibakar. Sebagian mereka, meski secara dhahir telah dibaptis ke dalam agama Katolik, namun masih mempraktikan syariat Islam secara tersembunyi menggunakan Bahasa Aljamiado, ialah bahasa Spanyol yang ditulis menggunakan aksara Arab.


3. Marranos atau Crypto-Jews :

Berarti "babi", ditujukan kepada umat Yahudi yang dipaksa berpindah agama menjadi Katolik alias pemeluk baru setelah diputuskan Dekrit Alhambra tahun 1492. Dan mereka secara tersembunyi masih memelihara keyakinannya. jika diketahui, mereka akan ditangkap inkuisisi, lalu dihukum mati.

Fobia Islam dan Reconquista

Beberapa tahun lalu saat isu-isu terorisme menyebar di kalangan masyarakat Eropa, istilah ini muncul dan mulai memarak. Perlu diketahui, praktik dari istilah tersebut sudah terlebih dahulu menyembul sejak penaklukkan Islam hingga runtuhnya Eropa yang berakhir pada praktik kristenisasi dan expulsion dari Andalusia.

Peristiwa Pasca Reconquista:
Tahun 1491

Dikeluarkannya Perjanjian Granada, yang menjanjikan kebebasan beragama Islam maupun Yahudi oleh Ratu Isabel dan suaminya Raja Ferdinand II. Saat itu masyarakat Muslim, Kristen dan Yahudi hidup damai berdampingan di Granada.

Tidak bertahan lama, isu-isu islamophobia dan judephobia muncul, sampai akhirnya janji tersebut dibatalkan.

Raja Ferdinand membuat inkuisisi Spanyol (Institusi Pengadilan Gereja yang memerintahkan kristenisasi seluruh penduduknya demi memelihara ortodoksi Katolik di Spanyol).

Tahun 1492

Ferdinand dan Isabel mengeluarkan Dekrit Alhambra yang memerintahkan seluruh Yahudi untuk meninggalkan tanah Spanyol, namun banyak dari mereka yang memilih untuk menetap meski harus berpindah keyakinan.

Sedangkan umat muslim ketika itu masih diberikan toleransi untuk menjalankan aktivitas ibadahnya seperti biasa karena terikat perjanjian yang dibuat oleh Muhammad XII, raja terakhir Kerajaan Islam di Granada saat ia menyerahkan kunci istana (kekuasaannya) kepada penguasa Kristen. Perpindahan agama umat Yahudi ke Kristen saat itu disebut dengan istilah "conversos".