BREAKING NEWS
latest

Advertisement

KRL Mind Blowing

Manusia berlalu-lalang mengejar kesibukannya. Hampir tiap detik jejak sepatu dan sandal memenuhi ubin stasiun KRL Pondok Cina, tidak pernah sepi.
Pagi itu, Hafaz pertama kali menginjakkan kaki kota Depok. Ia memberanikan diri mengambil rute metro lintas jabodetabek itu menuju ke kontrakan kak Lisa di Cilandak.


"Mbak, aku mau beli tiket KRL, boleh tahu apa saja opsinya?" 


"Harga kartunya 30.000 mas, sudah termasuk saldo 10.000." tegas mbak petugas loket pembelian tiket KRL.


"Loh, tidak ada kah tiket untuk sekali naik atau satu hari saja?"


Hafaz bingung, dalam benakknya masih membandingkan KRL dengan metro di kota Paris atau Amsterdam. Memang, di Paris tiket metro bisa dibeli sesuai durasi per jam ataupun per 24 jam.


"Tidak ada mas, sudah habis. Tersisa kartu member saja yang bisa diisi ulang."


Tanpa berpikir panjang Hafaz lalu mengambil dua lembar kertas sejumlah 30.000 dan memberikannya kepada petugas loket. Toh, ia berpikir akan menetap lama di sana dan bukan sebagai turis. Namun sesekali ia masih bertanya-tanya bagaimana kalau memang turis mencoba eksplor Jakarta menggunakan KRL, tidakkah ia rugi jika kartunya nanti terpaksa dibuang dan tak terpakai lagi saat kembali ke negara asalnya?


Cukup sampai di situ, Hafaz lalu berjalan dan check in kartu KRL, ia masih mencari-cari petunjuk arah karena ada dua jalur kereta yang melewati stasiun itu: kereta tujuan Bogor, dan tujuan Jakarta Kota.


Setelah menemukan sign board itu, ia berharap-harap agar tidak keliru. Tiga menit kemudian terdengar bunyi nada melodi yang menandakan sebuah kereta akan melintas. Hafaz melihat ke kanan dan kiri, ternyata yang akan datang ialah kereta tujuan Jakarta Utara, tepat seperti yang dikehendakinya.


Setelah kereta berhenti sempurna, ia pun bergegas masuk ke salah satu pintu, Minggu pagi itu gerbong kereta tak begitu ramai seperti hari-hari biasa. Hanya buruh dan karyawan kantor dan mungkin mahasiswa yang memadati metro itu setiap hari aktif, dengan harga hanya 3.000,- jauh lebih murah dibanding transportasi lain.


Hafaz memperhatikan sekitar, nyaris tak satupun dari mereka yang tidak memakai kerudung. Dengan cueknya Hafaz lalu memasangkan headset ke telinga dan memutar lagu Hati-Hati di Jalan by Tulus. Terkejut ia saat melihat seorang wanita berkerudung di sebelahnya mencolek pundak Hafaz.


"Mas, ini gerbong khusus wanita."


Seketika wajah Hafaz memerah malu: "Oh ya??"


Lalu ia perhatikan kembali penghuni gerbong sekitarnya, dan benar tidak ada satupun lelaki didalam kecuali dirinya. Lalu wanita yang berdiri di depan Hafaz mengarahkan Hafaz untuk berpindah ke gerbong sebelah. Ia kemudian mengantongi headset dan handphone, lalu berjalan ke arah pintu gerbong sebelah dengan santai agar tidak membuat kecurigaan, meski semua penghuni gerbong wanita itu sudah curiga dan memperhatikannya.


Dalam sekejap saja, keringat mengucur ke seluruh tubuh Hafaz.

Ia pun bertanya-tanya, mengapa ada gerbong khusus wanita? Ia pun menerka jawabannya, mungkin karena Indonesia negara mayoritas muslim, sudah benar tindakan pemerintah untuk memfasilitasi gerbong khusus wanita demi meminimalisir terjadinya pelecehan seksual. Metro setiap negara boleh sama, tapi kebijakannya wajar berbeda. Hafaz yakin, dimana bumi berpijak disitu langit dijunjung, meski kerap sekali ia menaiki metro di Amsterdam, Paris dan Turki, tapi tetap harus banyak bertanya-tanya saat hendak menaikinya kembali di Indonesia.


Stasiun Pondok Cina,

Minggu, 4 September 2022