BREAKING NEWS
latest

Advertisement

Kecemburuan Politik Dan Kekuasaan, Saudara Kandung Rela Dibunuh, Lumrahkah?

Saat ini dunia sedang disibukkan oleh berita kematian saudara tiri sang penguasa Korea Utara, ialah King Jong Nam yang kabarnya diracuni oleh assassin dari pihak pemerintahan Pyongyang. Entah benar atau salah tuduhan tersebut, pastinya Korut hingga saat ini menolak tuduhan itu dan menuntut pihak pemerintahan Malaysia untuk tidak mengotopsi jenazah dan segera memulangkannya kepada mereka.

Dugaan pembunuhan yang melibatkan pemerintahan Kim Jong Un sebagai aktor dibalik itu didukung kuat oleh beberapa negara terutama Korea Selatan. Bahkan tidak hanya King Jong Nam (saudara se-ayah Kim Jong Un), Jenderal Jang Song Thaek (paman Kim Jong Un), dan beberapa pejabat pemerintahan lain juga dieksekusi olehnya karena dianggap kontra dan menjadi ancaman bagi pemerintahan sang adik. Oleh sebab itulah King Jom Nam tidak menetap di Korut selama adiknya menjabat. Namun pada akhirnya, ia berhasil dibunuh dengan cara diracun dengan zat kimia VX oleh beberapa intelijen Korut saat berada di bandara Kuala Lumpur Malaysia beberapa waktu lalu. Termasuk salah satu pembunuh yang diduga ikut bergabung dengan agen rahasia Korut ialah bernama Siti Aisyah asal Indonesia, sungguh memalukan mungkin menurut beberapa kalangan. Tapi jangan terburu-buru untuk menjudge seseorang, pak Jusuf Kalla sendiri masih membela Siti Aisyah karena diduga ia terikut jebakan dari Korut. Bisa menjadi pelajaran bagi seluruh warga Indonesia untuk tetap berhati-hati dengan tawaran asing yang menggiurkan.

VX sendiri merupakan gas syaraf mematikan yang pernah diciptakan manusia. Satu tetesan ke kulit sudah cukup memberikan gangguan fatal pada sistem syaraf, seperti diungkapkan oleh Council on Foreign Relations. Karena itulah PBB mengklasifikasikan VX tersebut sebagai senjata pemusnah massal, dan hanya digunakan dalam perang kimia.

Dilihat dari konflik politik Korut saat ini, peristiwa seperti itu bukanlah yang pertama kalinya terjadi dalam suatu tatanan kekuasaan, melainkan sudah ada sejak masa kekuasaan Umayah di Spanyol-Islam. Pada abad-abad terakhir kepemimpinan, Spanyol-Islam telah dikuasai oleh raja ('amir) yang tidak merepresentasikan tradisi terbaik dari pemerintahan sebelumnya. Mereka bahkan tidak mampu menyelesaikan berbagai kesulitan yang lazim muncul menyertai naiknya seseorang menuju singgasana, yang menurut kebiasaan dinasti muslim, diwariskan kepada anak yang tertua atau yang paling cakap.

Al-Mundzir, ialah 'amir yang menjabat sejak tahun 886 Masehi menggantikan sang ayah, Muhammad I (wafat 886 M). Setelah dua tahun berkuasa, Al-Mundzir diracun oleh adiknya sendiri, yaitu Abdillah. Namun racun yang digunakan tidaklah begitu mematikan seperti VX yang dipakai oleh agen rahasia Korut saat ini. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa kematiannya adalah karena sebab kecemburuan politik oleh saudara kandungnya sendiri. Dan akhirnya Abdillah, sang adik yang diktator kala itu meneruskan kekuasaan Al-Mundzir mengikuti sistem monarki.

Sedikit berbeda memang dengan kasus pembunuhan Kim Jong Nam yang menjadi target sang adik yang telah menjadi penguasa, sedangkan Al-Mundzir dibunuh ketika berkuasa. Pada intinya adalah sama, yaitu politik dan kekuasaan tidak memandang status kekeluargaan.
« PREV
NEXT »

No comments