BREAKING NEWS
latest

Advertisement

Konversi Hagia Sophia, Langkah Kosokbali Masjid Agung Seville Menjadi Katedral


Pada 1171-1172 M, Khalifah Abu Yaqub Yusuf bin Abdul Mu'min (w. 1184) dari Dinasti Almohad memerintahkan pembangunan masjid agung baru untuk kota Seville, Spanyol di ujung Selatan kota.


Sejak masa pemerintahan Dinasti Almovarid tahun 1091, Seville telah menjadi kota yang sangat sibuk dan sebagai pusat dari banyak bidang kehidupan, mulai dari keagamaan, ilmu pengetahuan, ekonomi, hingga budaya.


Tak heran, banyak kitab-kitab biografi ulama Andalus seperti "Fihrist ibn Khair al-Isybili" sering menyebutkan adanya kegiatan pengajian dan transfer ilmu agama, serta banyak ulama hadits yang mengambil sanadnya di kota dan masjid ini.


Minaret masjid Seville bergaya almohad yang dikenal dengan nama Giralda itu pada mulanya dibangun persis seperti menara Koutubia di Marrakech dan menara Hassan di Rabat, sedangkan tingginya melebihi kedua masjid tersebut, bahkan melebihi tinggi menara masjid Cordoba.


Hingga kota Seville direbut oleh pasukan Kristen pimpinan Ferdinand III dari Kastila di tahun 1248, masjid itu dikonversi menjadi katedral gotik kota. Orientasinya diubah, ruang-ruangnya dipartisi dan didekorasi agar sesuai dengan praktik ibadah Kristen.


Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Agung Seville (Bahasa Arab: Ø¬Ø§Ù…ع Ø¥Ø´Ø¨ÙŠÙ„ية Ø§Ù„أعظم) pun berubah nama menjadi The Cathedral of Saint Mary, atau akrab dikenal Cathedral of Seville.


Mulai tahun 1434, bangunan ini direnovasi hingga menjadi bangunan paling megah dan besar, seperti yang masyhur di kalangan masyakarat Seville bahwa seorang anggota katedral pernah berkata: "Hagamos una Iglesia tan hermosa y tan grandiosa que los que la vieren labrada nos tengan por locos", artinya: "Mari kita bangun sebuah gereja yang begitu indah dan megah sehingga mereka yang melihatnya menganggap bahwa kita gila".


Pembangunan pun dilakukan sampai berubah menjadi katedral terbesar di dunia, saat itu mengalahkan Hagia Sophia di Istanbul.


Mencermati kontroversi yang sedang bergaung saat ini terkait konversi Hagia Sophia menjadi masjid, hal itu bukan lah kasus perdana, Eropa sendiri menjadi saksi bisu peristiwa alihfungsi ratusan gereja menjadi masjid sebab sepi pengunjung pemeluknya sendiri, justru kalau berdalih bahwa Hagia Sophia adalah milik umat kristiani dan tidak layak untuk diubah fungsi menjadi masjid, sampai-sampai keuskupan AS menetapkan tanggal 24 Juli sebagai hari berkabung akibat konversi tersebut, maka peristiwa menyedihkan yang terjadi di Andalus dapat menjatuhkan dan membungkam argumen mereka. Ribuan masjid milik umat muslim Spanyol yang dialihfungsikan menjadi gereja dan katedral oleh penguasa Katolik, tapi umat Islam hanya tutup mulut dan menerima takdir siklus sejarah. Diantaranya kemudian diubah menjadi museum seperti masjid Cordoba, sementara banyak lainnya masih aktif berstatus gereja gotik seperti Cathedral of Saint Mary, bekas masjid agung kota Seville. Sebab itu menurut hemat penulis, politik dan penguasa akan selalu berperan dalam kepentingan negaranya, dan yang pasti tidak layak bagi awam berkomentar tanpa landasan, karena sentimen agama akan selalu dikedepankan oleh oknum-oknum internal maupun eksternal yang mengintervensi.


Lihatlah bagaimana masjid agung kota ini dikonversi, sampai-sampai tidak berbekas dan menghilangkan rekam bentuk aslinya:






« PREV
NEXT »

No comments