BREAKING NEWS
latest

Advertisement

Dinamika Islamophobia Lintas Sejarah (Telaah Sikap Terhadap Penistaan Nabi)

          Istilah 'tourist is terrorist' telah menyebar di kalangan Eropa sebab munculnya islamophobia yang terjadi di negaranya akhir-akhir ini. Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan islamophobia?

Arti Islamophobia
           Menurut sejarah, kata phobia berasal dari Bahasa Yunani, berarti: takut. Yaitu suatu ketakutan yang amat sangat terhadap sesuatu. Phobia adalah penyakit mental, namun si penderita tidak disebut gila, akan tetapi hanya seperti penyakit traumatis saja.

            Selain itu, banyak istilah lain yang dinisbatkan kepada kata phobia, sebagai contoh :
              - acrophobia: takut ketinggian
              - autophobia: takut sendirian
              - androphobia: takut laki-laki  
              - venustraphobia: takut wanita cantik
              - garnophobia: takut kawin, dll.

          Istilah islamophobia sendiri sudah digunakan sejak tahun 1980-an. Namun mulai didefiniskan pada 1997 sebagai rasa takut dan benci terhadap Islam lalu membawa kepada takut dan tidak suka kepada orang Islam, juga berdampak kepada mendiskriminasikan orang Islam dengan mengasingkan mereka dari kegiatan ekonomi, sosial dan kehidupan masyarakat. Kemudian istilah ini menjadi popular setelah adanya serangan gedung WTC di Amerika Serikat pada 11 September 2001.

          Namun dalam riwayat lain, dikatakan bahwa kemunculan istilah islamophobia diawali ketika mantan wakil Presiden era Bus, Jr–Dick Cheney dikenal memiliki fobia terhadap Islam sehingga jurnalis barat membuat istilah Islamophobia untuk menggambarkan kondisi orang-orang seperti Cheney.

        Dilihat dari sejarahnya, pasca Perang Dunia II yang telah meluluh lantakkan sebagian besar negara-negara di Eropa memaksa bangsa-bangsa di Eropa mengimpor para pekerja dari luar untuk membangun kembali negara mereka yang telah hancur. Sebagian besar negara-negara di Eropa (khususnya negara Eropa Barat) memasok para pekerja dari negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, seperti: Aljazair, Maroko, India, dan Turki. Para pekerja asing ini semakin hari semakin berlipat ganda jumlahnya, bahkan banyak di antara mereka yang berkeluarga dan berketurunan di Eropa lalu menjadi muslim. Keberadaan para pekerja asing ini lama-kelamaan mengalami beberapa kendala sosial terkait dengan kebiasaan dan kebudayaan masyarakat pribumi Eropa. Tidak sedikit yang berselisih hingga menyebabkan konflik di masyarakat yang berujung pada kerusuhan dan kekerasan. Kejadian-kejadian seperti ini memupuk stigma-stigma negatif terhadap Islam yang berujung kepada ketakutan terhadap Islam atau yang lebih dikenal dengan istilah Islamophobia. Diperkuat dengan kejadian-kejadian teror yang menyita perhatian dunia dan sebagian besar dilakukan oleh-oleh kelompok Islam radikal seperti: tragedi WTC di Amerika, bom bunuh diri di Spanyol, pembunuhan terhadap sutradara Theo Van Gogh di Belanda oleh seorang muslim, dan yang sedang trending topic ialah penembakan kantor majalah Perancis, Charlie Hebdo.

             Adapun dampak islamophobia yang terjadi di Eropa yaitu sebagai berikut :
  1. Pelarangan pemakaian burkak (cadar) bagi muslimah Perancis dan Belanda dengan alasan dapat menghambat komunikasi antara murid dan guru sebagai salah satu esensi pendidikan atau sesama murid, termasuk juga menyulitkan identifikasi siswa ketika ujian.
  2. Diskriminasi terhadap pelaksaan ibadah umat Muslim.
  3. Pemeriksaan ekstra ketat di setiap imigrasi transportasi darat, laut, dan udara terhadap pendatang muslim atau mereka yang berasal dari negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.
         Lalu mengapa Islam sebagai agama yang rahmatan lil'alamin ditakuti bahkan dibenci oleh sebagian orang di belahan bumi?

       Yang patut diketahui adalah bahwa Yahudi, Nasrani dan musuh-musuh Islam lain sering mempropagandakan bahwa agama Muhammad adalah agama yang penuh dengan keburukan, kebencian, permusuhan, dan peperangan. Propaganda seperti itu kian semakin terstruktur dan sistematis hingga pada abad ke-19 M disusunlah sebuah konspirasi yang kemudian dikenal dengan Protocol of Zion dan bertujuan ingin mewujudkan negara Yahudi Raya (Zionisme).

           Dalam sebuah 'Konferensi al-Quds', Samuel Zwemmer mengatakan: “Sebenarnya tugas engkau bukanlah mengeluarkan orang-orang islam dari agamanya menjadi pemeluk agamamu, akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah) sehingga menjadi orang-orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan) menjadi terpecah-belah dan jauh dari persatuan.”


Islamophobia Pada Masa Rasulullah ﷺ
          Pada masa silam, perjalanan dakwah Rasulullah SAW mendapatkan respon negatif dari kaum kafir Quraisy berupa hinaan, ancaman hingga kekerasan. Sebagaimana mereka menghina bahwa Nabi Muhammad adalah orang gila dan tukang sihir seperti tersebut dalam Q.S. Ad-Dzaariyat: 52, bahkan beliau dihina sebagai dukun seperti tercantum dalam Q.S. Al-Haaqah: 42. Tidak hanya itu, perjalanan nya ke Thaif mendapatkan lemparan batu, bahkan mendapat ancaman pembunuhan. Perlakuan kejam yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy pun ikut menimpa para Sahabat dan keluarga Rasulullah.

         Melihat hal itu, jelaslah bahwa dampak islamophobia yang terjadi di Eropa serupa dengan apa yang terjadi pada masa Rasul, meski sebab munculnya berbeda. Kebencian mereka tidak lain disebabkan karena merasa takut akan kehilangan agama nenek moyang mereka, sehingga muncul lah segala macam bentuk penghinaan dan pelecehan kepada Rasul dengan tujuan agar Beliau menghentikan dakwahnya.

Sikap Kita Sebagai Umat Islam
        Menyikapi isu islamophobia, kiranya solusi yang paling baik adalah menanamkan terlebih dahulu nilai-nilai ruh Islam secara sempurna dalam diri sendiri dan selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermsyarakat. Tentunya, kita tidak perlu membalas islamofobia yang ada di Barat dengan fobia kepada Barat, karena kebencian orang-orang kafir terhadap umat Muslim sudah mengakar dalam hati mereka, sebagaimana terkandung dalam Q.S. Al Baqarah: 120 
(ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم).

          Betapa banyak hinaan dan cacian yang dialami Rasulullah SAW. sampai suatu ketika, Aisyah r.a bertanya kepada Rasul: “Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?" Rasulullah pun menjawab: "ya..!" seraya mengenang peristiwa di Thaif tatkala tiga pemuka Thaif yang didatangi Rasul dan diajak masuk Islam namun mereka bukan saja menolak, bahkan mendengar Rasul pun merasa enggan. Hal ini justru bertentangan dengan tata krama penduduk Arab dalam menghormati tamu. Mereka dengan tegas menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Rasul. Kemudian ketika tak ada lagi yang bisa diharapkan dari penduduk Thaif, Rasul pun beranjak pulang. Lalu dalam perjalanan pulang, Rasul dibuntuti para pemuda Thaif sambil mengganggu, mengejek, serta melempari Rasul dengan batu, sehingga kedua sandal Rasul pun penuh cucuran darah.

        Kemudian Rasul mengadu kepada Allah SWT hingga diutusnya malaikat yang mengurusi gunung untuk dibenturkan kepada mereka, hanya saja Rasul melarangnya dengan jawaban: “Aku hanya berharap kepada Allah SWT, jika mereka tidak menjadi muslim, semoga pada suatu saat nanti anak-anak mereka akan menjadi orang-orang yang menyembah dan beribadah kepada-Nya.”

         Berkaitan dengan islamophobia, hendaknya emosi umat Muslim tidak terpancing setelah ditimpa ujian dan cobaan berupa cacian dan makian yang dilontarkan, karena itulah misi kaum zionis yaitu dengan membuat murka umat Islam hingga membalas mereka dengan radikal.

          Selain itu, kita dapat menyuarakan keadaan tersebut kepada organisasi-organisasi internasional, seperti: organisasi Liga Amerika Arab, Organization of Islam Conference, UNESCO, PBB, dll untuk mengecam hal serupa terulang kembali. Wallahu a'lam bisshawab.



Materi ini disampaikan dalam diskusi wilayah di rumah mahasiswa Hay Inarah, Ain Chock, Casablanca, Maroko pada 17 Maret 2015.

« PREV
NEXT »

No comments