Azhari Mulyana
-
June 22, 2014
Edit this post
KEGIATAN-KEGIATAN DI MA’HAD SUNAN AMPEL AL-ALY
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
By : Azhari
Mulyana
Pendidikan
di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diarahkan untuk menjadikan seluruh
mahasiswanya: (1) berilmu pengetahuan yang luas, (2) mampu melihat/membaca
fenomena alam dan sosial secara tepat, (3) memiliki otak yang cerdas, (4)
berhati lembut dan (5) bersemangat juang tinggi karena Allah SWT sebagai
pengejawantahan amal shaleh.
Jika kelima kekuatan ini berhasil dimiliki oleh siapa saja yang belajar di kampus ini maka pendidikan ulul albab sudah dipandang berhasil. Demikian yang tertuang dalam buku Pengantar Kuliah Ulul Albab. Namun aplikasinya dalam kehidupan kampus berma’had ini tidaklah sama persis dengan apa yang dicita-citakan tersebut.
Jika kelima kekuatan ini berhasil dimiliki oleh siapa saja yang belajar di kampus ini maka pendidikan ulul albab sudah dipandang berhasil. Demikian yang tertuang dalam buku Pengantar Kuliah Ulul Albab. Namun aplikasinya dalam kehidupan kampus berma’had ini tidaklah sama persis dengan apa yang dicita-citakan tersebut.
Kampus ini
dikenal dengan ma’hadnya yang bercirikan ulul albab, dalam artian bahwa
mahasiswanya selain sibuk dengan urusan perkuliahan juga aktif dalam kegiatan
ma’had untuk membentuk karakter seorang yang intelektual dan disertai kemapanan
dalam beragama Islam.
Semenjak orientasi pengenalan
kampus dan ma’had yang telah saya lalui beberapa bulan lalu, saya telah mendapatkan
ilmu baru baik dalam kegiatan reguler maupun kegiatan ma’had. Kegiatan ini
berlangsung seharian penuh mulai kegiatan sholat subuh hingga malam hari dengan
adanya Program Pembelajaran Bahasa Arab.
Kegiatan-kegiatan ma’had yang
berlangsung selama ini mendidik saya untuk lebih memperdalam ilmu agama Islam.
Salah satu kegiatannya adalah Shobahul
Lughoh. Kegiatan shobahul ini setiap harinya dilaksanakan setelah sholat
subuh dan dibimbing oleh para musyrif mabna masing-masing. Kegiatan ini
berbentuk muhadasah (percakapan) dan pengajaran dalm bahasa Arab dan bahasa
Inggris dengan sistem outdoor (luar
kelas). Melalui kegiatan ini saya membiasakan diri untuk berbahasa asing yang
umumnya tidak kita dapatkan di berbagai universitas lainnya. Kegiatan lain yang ada di ma’had ini adalah Ta’lim Al-Quran dan Ta’lim Afkar. Kegiatan ta’lim al-quran ini merupakan bentuk
pengajaran Al-Quran yang lebih mengarah kepada teori-teorinya seperti tajwid,
fashohah, makharijul huruf dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran Surat
Al-Muzammil ayat 4 disebutkan :
٤ ﺘٓﺮْﺘِﻴﻼ ﺍﻠﻘﺮﺁﻦَ
ﻮَﺮَﺘِّﻞِ
“Dan bacalah Al Quran itu dengan sebagus-bagus bacaan.”
Dengan kegiatan ta’lim inilah
dapat memperbaiki bacaan Al-Quran saya yang masih banyak kekurangan dari segi
teori. Membaca Al-Quran dengan benar sesuai tajwid itu wajib bagi setiap orang,
namun dari segi teori dan praktek itu sangatlah berkaitan. Oleh karena itu,
agar kita mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang Al-Quran hendaklah
kita pelajari teori dan dasar-dasarnya.
Begitu juga dengan Ta’lim Afkar.
Kegiatan ini biasanya kita sebut dengan pengajian kitab kuning. Kitab yang saya
pelajari adalah Kitab Tadzhib yang membahas masalah fiqih Islam dan Qomi’ut
Thugyan yang membahas tentang cabang-cabang Iman. Kegiatan yang saya sebutkan
di atas merupakan kegiatan rutin setiap pagi sebelum perkuliahan reguler. Adapun kegiatan ma’had pada malam harinya
seperti Dibaan. Kegiatan ini telah
masyhur di kalangan masyarakat Jawa. Kegiatan ini berbentuk sholawatan kepada
Nabi SAW dan dimainkan dengan rebana.
Kegiatan lainnya adalah Tahsinul Quran. Kegiatan Qurani seperti
ini membiasakan saya untuk terus melantunkan ayat-ayat suci Allah. Kegiatan ini
berbeda dengan ta’lim quran yang saya sebutkan sebelumnya. Jikalau ta’lim quran
lebih mengarah kepada teori namun tahsinul quran ini lebih kepada praktik dalam
membaca Al-Quran dan diajarkan oleh Ustadz.
Kemudian ada juga Muhadharah
dalam bahasa arab, yang maknanya adalah berceramah. Kegiatan ini dilakukan
bertahap dan berurutan oleh masing-masing mahasantri, dalam artian setiap
mahasantri mendapatkan giliran untuk tampil berceramah di depan temantemannya
sesuai mabna masing-masing. Kegiatan seperti ini dilakukan untuk membiasakan
mahasantri dalam berbicara di depan khalayak.
Selanjutnya adalah Yasinan, dimana mahasantri berkumpul
pada malam Jum’at dan bersama-sama membacakan surat Yasin setelah dzikir
sholat. Setiap kegiatan ma’had ini adakalanya diabsen oleh musyrif dan
terkadang tidak. Terlepas dari itu semua, kelebihan utama adanya ma’had dalam
kampus adalah terjaganya sholat akan kelalaian. Mahasantri sering melakukan
sholat berjama’ah di Mesjid Tarbiyah walaupun terkadang mereka harus sholat
sendiri di kamar karena hal tertentu.
Di luar
kegiatan-kegiatan yang ada di ma’had, saya terkadang merasa jenuh ketika berada
di kamar. Namun tak lupa akan tujuan dan niat dahulu bahwa saya berada di sini
untuk menuntut ilmu. Dengan begitu saya memaksakan untuk belajar di kamar dan
juga kadang bersenda gurau dengan teman-teman dikala rasa jenuh datang.
Kegiatan-kegiatan seperti itu diharapkan dapat mencetak kader-kader pemimpin
yang intelek dan juga dilatarbelakangi dengan agama yang kuat.
[ Komentar dan Kritik Saya
tentang Kegiatan Ma’had Sunan Ampel al-Aly :
Kegiatan di ma’had Sunan Ampel al-Aly
yang berlangsung beberapa bulan yang lalu menurunkan minat mahasantri
dikarenakan proses belajar yang tidak efektif dan monoton. Hal ini wajar bagi
kita selaku manusia karena rasa bosan kapanpun akan kita rasakan. Namun hal ini
bisa dicegah dengan mengubah sistem belajar tersebut dengan yang lebih menarik.
Selama kegiatan itu berjalan tidak sedikit yang merasakan kejenuhan. Yang
anehnya hingga sekarang semangat untuk belajar itu hanya ada dan dirasakan oleh
para musyrifnya saja.
Shobahul Lughoh sebagai salah satu contohnya. Sangat berbeda halnya
dengan kegiatan shobahul lughoh di ma’had putri. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh salah seorang musyrifah bahwa kegiatan ini hanya dimanfaatkan dengan canda
tawa dan bernyanyi sehingga waktu untuk belajar menjadi terkuras di ma’had
putra. Sedangkan di ma’had putri lebih difokuskan untuk belajar setiap paginya.
Hal ini disebabkan oleh musyrif itu sendiri yang lebih memanjakan
mahasantrinya. Menurut saya, menjadi seorang musyrif itu memiliki tanggung
jawab yang berat, karena yang mereka hadapi bukanlah siswa yang masih bersifat
kekanakkanakan. Tidaklah pantas para musyrif memperlakukan mereka layaknya anak
kecil dengan banyaknya permainan dan nyanyi-nyanyian. Hal ini juga diakui oleh
beberapa teman saya lainnya.
Di samping itu, sebagai
mahasiswa saya juga merasakan beban yang dialami oleh musyrif dalam mengurusi
ma’had. Saya menyarankan agar musyrif itu tidak hanya bekerja sendiri, namun
juga dibantu dengan beberapa ustadz lainnya. Selama saya berada di ma’had dan
memperhatikan bahwasanya musyrif itu seakan-akan merasa enggan mengurusi
mahasantri dan juga mahasantri merasa tidak peduli dengan musyrif karena faktor
usia, sehingga mereka meremehkan peraturan yang ada. Seharusnya ustadz-ustadz
juga berperan aktif dalam mengembangkan kegiatan ma’had ini.
Kegiatan terpenting dari semua
kegiatan yang ada di ma’had ini adalah sholat berjama’ah. Tiadalah arti ilmu
tanpa diamalkan. Begitu pula mahasantri yang telah mempelajari Al-Quran, ilmu
agama dan lainnya namun sholat dilupakan. Masalah yang dihadapi oleh mahasantri
sekarang ini adalah malas dalam mengikuti jama’ah sholat di mesjid. Banyak dari
mereka yang selama ini mengikuti sholat karena adanya absensi harian. Terbukti
bahwa pada hari sabtu dan minggu keadaan di mesjid Tarbiyah tak seramai hari
biasanya.
Bahkan yang sangat
memprihatinkan, ketika diajak untuk mengikuti jama’ah ke mesjid oleh
musyrifnya, mereka malah memanfaatkannya untuk ngopi di kantin. Itulah kebiasaankebiasaan buruk yang terjadi di
ma’had putra, sehingga menghambat tujuan dan cita-cita kampus ulul albab ini.
Azhari Mulyana
-
June 22, 2014
Edit this post
“Aceh” merupakan sebuah
nama provinsi yang berada di Indonesia. Provinsi ini terletak di ujung Barat
Indonesia, yang memiliki lebih dari dua puluh kabupaten/kota. Provinsi ini juga
sempat menghebohkan dunia di tahun 2004 dengan bencana alam terbesarnya yang
kita kenal dengan “tsunami”. Karena bencana itulah masyarakat Aceh
hingga sekarang dengan bangga mengatakan ”siapa yang tidak kenal Aceh?”
Hal itu menunjukkan bahwa Aceh hingga sekarang dikenal oleh dunia dengan Tsunami nya. Telah dibuktikan oleh para perantau Aceh yang berhijrah ke berbagai daerah bahkan ke negara-negara luar Indonesia. Namun dibalik kebanggaan yang dirasakan oleh masyarakat Aceh, ada juga yang merasa malu dengan kejadian bencana alam yang sangat dahsyat itu.
Aceh dikenal dengan Serambi Mekah karena syari’at Islamnya yang berjalan dan ditegaskan oleh pemerintah Aceh itu sendiri. Namun banyak yang berpendapat bahwa sebelum terjadinya Tsunami itu syariat sudah luntur. Ditandai dengan banyaknya terjadi perzinahan di beberapa daerah di Aceh. Kita sebagai umat Islam menyadari bahwa Allah memberikan cobaan kepada sekelompok umat karena Allah sayang kepada mereka. Allah tidak rela jika ada segelintir orang yang mengotori sebuah daerah yang suci akan keislamannya.
Tahun 2004 lalu, tepatnya pada tanggal 26 Desember Aceh mengalami
penderitaan yang luar biasa. Gempa dengan kekuatan 8,9 skala richter dan juga
gelombang air laut menggulung kota Banda Aceh dan sekitarnya. Gempa dan
gelombang besar ini telah merobohkan ratusan bangunan dan menewaskan lebih
kurang 200.000 jiwa pada saat itu. Bencana dahsyat tersebut membuat dunia
menangis dan merasa prihatin dengan kota Serambi Mekah ini sehingga banyak
relawan dari seluruh penjuru dunia yang diutus untuk memberikan bantuan kepada
masyarakatnya.
Namun sayangnya, dengan didatangkan
relawan dari luar membawa dampak negatif bagi masyarakat Aceh ketika itu.
Mereka tidak hanya memberikan bantuan melainkan juga ada unsur politik yang
dilakukan terhadap masyarakat Aceh yang kita kenal dengan kristenisasi.
Di antara korban Tsunami Aceh pada ketika itu dengan terpaksa menerima ajakan
mereka karena pada dasarnya mereka sudah tidak memiliki apapun sebagai bekal
hidup mereka. Tetapi ada juga yang tetap mempertahankan akidah dan keimanan
mereka sebagai umat Islam. Demikianlah sekilas pembahasan tentang Aceh
dan Tsunami.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Author
- Azhari Mulyana
- Rabat, Morocco
- Azhari Mulyana, pemilik nama pena La Kougnir, dilahirkan di kota Langsa, Aceh 11 Mei 1995. Ia menyelesaikan pendidikan di MTS Ulumul Quran kota Langsa tahun 2010 dan MAS di sekolah yang sama tahun 2013. Ia pernah melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, jurusan Bahasa dan Sastra Arab tahun 2013. Namun, setelah genap setahun menempuh jenjang sarjana di UIN, lelaki penyuka es degan ini lulus beasiswa penuh dan melanjutkan studi di Kerajaan Maroko. Hingga saat ini ia sedang bergelut di jenjang S2 jurusan Islamic Studies di Université Qarawiyyin, Dar El Hadith El Hassania, Rabat. Selain itu, ia telah menulis sebuah novel berjudul "Dari Sabang Sampai Maroko (Sang Pujangga Cinta & Penakluk Afrika Utara-Andalusia)" yang diterbitkan pada tahun 2017.
Blog Archive
Spesial Lebaran
La Fête du Mouton (Seluk Beluk Lebaran Idul Adha di Maroko)
Gema takbir membahana ke seantero jagad raya. Kalimat suci yang dilantunkan indah dan syahdu itu, begitu menyejukkan hati setiap insan ...
Hot Posts
-
1. Al-Qiraat Secara Bahasa Secara bahasa al-qiraat berasal dari istilah Bahasa Arab yaitu bentuk jama’ dari قِرَاءَة , yang be...
-
Gema takbir membahana ke seantero jagad raya. Kalimat suci yang dilantunkan indah dan syahdu itu, begitu menyejukkan hati setiap insan ...
-
وأجملُ منك لم تراه قَطُّ عَين وأطيبُ منك لم تَلِدِ النساءُ خُلِقتَ مُبَرَّءاً مِن كُلِّ عَيبٍ كأنك قد خُلِقتَ كما تشاءُ قمرٌ .. قمرٌ ...
-
Andalus, Surga Yang Dijanjikan, Bukan Permata Yang Hilang (Berdasarkan kisah perjalanan intuitif Dr. Husayn Mu'nis) Berdiri di ...