Azhari Mulyana
-
May 27, 2018
Edit this post
Para filsuf muslim sangat memperhatikan hak-hak dan kewajiban seorang guru dan penuntut ilmu (pelajar) dengan menuliskan karakter dan sifat-sifat yang tercermin dari keduanya. Seperti kitab “Jami’ Bayan al-‘Ilm wa Fadhlih” karya An-Namariy Al-Qurthuby tentang adab seorang murid dan guru. Begitu pula kitab “Fatihat al-‘Ulum” dan “Ihya ‘Ulum ad-din” yang ditulis oleh Imam al-Ghazali. Bahkan mereka menganggap guru itu sebagai orang yang suci dan menempati posisi yang hampir sederajat dengan posisi para nabi. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya tinta para ulama lebih utama daripada darah para syuhada.” Orang yang berilmu dan bekerja lebih baik daripada orang yang berpuasa pada siang hari dan menghabiskan waktu malam hanya dengan beribadah dan sholat. Imam al-Ghazali telah menyebutkan kedudukan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Beliau berkata : “Seseorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmu itu, maka dialah yang dinamakan di bawah kolong langit ini. Dia ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai pula dirinya sendiri. Dan bagaikan minyak kasturi yang memberi aroma harum kepada orang lain. Maka sekalipun ia menyibukkan diri dengan ajar-mengajar namun ia telah mengasumsikan suatu perkara yang agung dan juga resiko yang amat besar, oleh karenanya hendaklah ia menjaga adab dan amanahnya.”
Ahmad Syauqi, seorang penyair telah menjelaskan keutamaan seorang guru, ia berkata:
“Sambutlah Sang Guru, dan berikan penghormatan untuknya, hampir-hampir seorang guru menjadi seorang Rasul (atau menyamai fungsi dan kedudukannya)”
Ia adalah seorang guru rohani kepada muridnya. Yaitu seorang yang mengenyangkan jiwa dengan ilmu, membenarkan dan meluruskan akhlak. Maka memuliakannya adalah suatu kehormatan bagi anak-anak kita jika ia menyampaikan risalahnya dengan baik.
Seorang murid dituntut untuk melaporkan kepada gurunya jika berhalangan mengikuti pelajarannya. Adapun di pesantren-pesantren Islam, seorang guru memegang kekuasaan penuh terhadap proses belajar mengajar. Ia bebas menentukan materi, waktu dan jumlah hadirnya dalam majelis ilmu.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pendidikan islam yaitu :
1. Memiliki sifat zuhud dan mengajar karena mencari keridhaan Allah.
Guru memiliki kedudukan yang mulia dan dimuliakan. Ia memiliki tugas-tugas yang sesuai dengan kedudukannya, ia harus memiliki atau menjadi zahid yang sesungguhnya, melaksanakan tugas pengajaran karena mencari keridhaan Allah semata anpa harus menunggu balasan uang atau pangkat. Tidaklah tujuan seorang guru melainkan mengharap ridha Allah dalam menyebarkan ilmu dalam proses belajar mengajar.
Namun ada juga para guru yang membantu mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan menjual buku-buku bagi siapa yang menginginkannya.
Dan telah berabad-abad lamanya bahwa para ulama mengajarkan ilmu mereka dan tidak sekalipun menerima upah dalam kegiatan belajar mengajar. Namun setelah berlalu masa-masa itu muncul lah sekolah-sekolah yang menentukan taraf pendidikan begitu pula pengajarnya sehingga ditentang oleh banyak kalangan para ulama, mereka mengatakan bahwa hal itu akan menghilangkan tingkat kezuhudan dan wara' seorang guru.
Akan tetapi yang kita yakini ialah hal tersebut bukanlah suatu yang luput daripada mengharap ridho Allah dan zuhud di dunia, melainkan seorang guru itu sekalipun ia zuhud namun juga membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Seorang guru harus suci dan bersih.
Seorang guru hendaknya suci badan dan anggota tubuhnya, menjaga diri dari perbuatan dosa, suci jiawanya dengan membebaskan diri dari perilaku sombong, riya', dengki, permusuhan, pemarah, dan sifat-sifat tercela lainnya. Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Dua macam umatku akan celaka; orang yang berilmu tapi jahat, dan orang-orang yang beribadah tapi bodoh, sebaik-baik orang adalah orang yang berilmu tapi baik, dan seelek-jelek orang adalah orang berilmu tapi jahat." (Hadist).
3. Ikhlas dalam menjalankan tugas.
Keikhlasan guru dalam melaksanakan tugasnya merupakan sarana yang paling ampuh untuk kesuksesan para muridnya dalam proses belajar.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Author
- Azhari Mulyana
- Rabat, Morocco
- Azhari Mulyana, pemilik nama pena La Kougnir, dilahirkan di kota Langsa, Aceh 11 Mei 1995. Ia menyelesaikan pendidikan di MTS Ulumul Quran kota Langsa tahun 2010 dan MAS di sekolah yang sama tahun 2013. Ia pernah melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, jurusan Bahasa dan Sastra Arab tahun 2013. Namun, setelah genap setahun menempuh jenjang sarjana di UIN, lelaki penyuka es degan ini lulus beasiswa penuh dan melanjutkan studi di Kerajaan Maroko. Hingga saat ini ia sedang bergelut di jenjang S2 jurusan Islamic Studies di Université Qarawiyyin, Dar El Hadith El Hassania, Rabat. Selain itu, ia telah menulis sebuah novel berjudul "Dari Sabang Sampai Maroko (Sang Pujangga Cinta & Penakluk Afrika Utara-Andalusia)" yang diterbitkan pada tahun 2017.
Blog Archive
Spesial Lebaran
La Fête du Mouton (Seluk Beluk Lebaran Idul Adha di Maroko)
Gema takbir membahana ke seantero jagad raya. Kalimat suci yang dilantunkan indah dan syahdu itu, begitu menyejukkan hati setiap insan ...
Hot Posts
-
1. Al-Qiraat Secara Bahasa Secara bahasa al-qiraat berasal dari istilah Bahasa Arab yaitu bentuk jama’ dari Ù‚ِرَاءَØ© , yang be...
-
Gema takbir membahana ke seantero jagad raya. Kalimat suci yang dilantunkan indah dan syahdu itu, begitu menyejukkan hati setiap insan ...
-
وأجملُ منك لم تراه Ù‚َØ·ُّ عَين وأطيبُ منك لم تَÙ„ِدِ النساءُ Ø®ُÙ„ِقتَ Ù…ُبَرَّءاً Ù…ِÙ† ÙƒُÙ„ِّ عَيبٍ كأنك قد Ø®ُÙ„ِقتَ كما تشاءُ قمرٌ .. قمرٌ ...
-
Andalus, Surga Yang Dijanjikan, Bukan Permata Yang Hilang (Berdasarkan kisah perjalanan intuitif Dr. Husayn Mu'nis) Berdiri di ...