Azhari Mulyana
-
June 16, 2016
Edit this post
"Blanc sans ( n ) ça fait black, comme quoi sans haine on est tous égaux!" (de Gilles Dor dans sa chanson).
Ketika suatu hal tidak bisa dihilangkan, maka cobalah untuk dihindari. Berbicara rasis atau rasial bukanlah hal yang tabu untuk saat ini. Kosakata ini tidak pernah bisa dihilangkan dari dalam diri setiap individu begitu juga perbuatannya. Sebuah lagu yang dibawakan oleh Gilles Dor bukanlah semata lirik lagu, melainkan quote yang bermakna filosofis. Putih (blanc) jika tidak dibubuhi dengan 'n' maka akan menjadi hitam (blac). Setiap tidak ada 'n' atau haine (kebencian) maka kita semua sama.
Hadirnya sifat kebencian dalam diri manusia mendatangkan hijab yang menyatakan bahwa diri saya dan diri Anda berbeda. Itulah suatu paham pembedaan sikap dengan adanya anggapan sebuah kelompok yang lebih superior ataupun tidak atau dikenal dengan paham rasisme.
Ketika para ahli mendefinisikan sifat rasisme itu dengan objek ras/etnis, suku, warna kulit dan lain-lain, tetapi saya pribadi melihatnya dengan pandangan yang berbeda. Ketika munculnya sifat kebencian yang terjadi dalam semua jenis perbedaan baik itu menimbulkan deskriminasi sosial dan segregasi maupun tidak, maka itulah yang dinamakan dengan rasisme.
Perbedaan tidaklah hanya dipandang dari kesukuan, tidaklah diukur dari terang dan gelapnya warna kulit setiap orang. Sejak munculnya istilah atasan, dipastikan juga adanya istilah bawahan, ada tinggi ada pendek, istilah hitam dan putih, mayoritas dan minoritas, kuat dan lemah, dan banyak lainnya. Superior dan inferior inilah yang kemudian teridentifikasi sebagai sebuah perbedaan dan tidak akan pernah bisa dihilangkan. Inilah anugrah yang dikaruniai olehNya Sang Maha Kuasa seperti terkandung dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 13.
Kapankah setiap orang merasakan sifat rasisme seperti itu? Tentu setiap diri manusia memiliki jawaban masing-masing berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah dialami olehnya. Namun yang paling terlihat saat ini ialah ketika individu atau sekelompok manusia yang keluar dari kehidupan sosial etnisnya dan bertemu dengan etnis lain yang berbeda seperti anak-anak perantauan. Jiwa rasisme setiap individu akan sangat terlihat ketika mereka mempraktikkan alat komunikasi yang berbeda. Ya, bahasa termasuk salah satu faktor terpicunya sifat rasisme seseorang. Oleh karena itu dalam menyikapinya dibutuhkan kepekaan setiap individu untuk dapat saling menghargai.
Berikut saya mengutip kata-kata bijak dari Martin Luther-King :
"Nous devons apprendre à vivre ensemble comme des frères, sinon nous allons mourir tous ensemble comme des idiots." Artinya: Kita harus belajar untuk hidup bersama sebagai saudara atau kita akan binasa bersama-sama seperti orang bodoh.
Menghargai perbedaan adalah sebuah solusi yang diambil untuk menghindari sifat rasisme atau rasialisme dalam kehidupan sosial masyarakat. Bukanlah sebuah kekeliruan saat melihat seseorang berbicara menggunakan bahasa pribuminya dengan orang lain yang juga sesama ras dengannya. Akan tetapi merupakan kesalahan besar ketika ada orang yang berbicara menggunakan bahasa sukunya namun terdapat etnis lain yang berada di dalamnya. Inilah contoh individu yang tergolong kepekaannya masih sangat kurang dalam menghargai perbedaan. Meskipun suatu sample yang sederhana, namun berbahaya karena akan memicu sifat kebencian dan kemudian menimbulkan deskriminasi sosial jika tidak dihindari.
Jangan mengatakan kepada orang lain untuk tidak rasis, melainkan Anda sendiri yang harus menyadari sifat rasial dalam diri Anda, seyogyanya kita harus bersama-sama membenahi diri sebelum terlebih dahulu menjudge orang lain yang sebenarnya berbeda seperti pandangan Anda.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Author
- Azhari Mulyana
- Rabat, Morocco
- Azhari Mulyana, pemilik nama pena La Kougnir, dilahirkan di kota Langsa, Aceh 11 Mei 1995. Ia menyelesaikan pendidikan di MTS Ulumul Quran kota Langsa tahun 2010 dan MAS di sekolah yang sama tahun 2013. Ia pernah melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, jurusan Bahasa dan Sastra Arab tahun 2013. Namun, setelah genap setahun menempuh jenjang sarjana di UIN, lelaki penyuka es degan ini lulus beasiswa penuh dan melanjutkan studi di Kerajaan Maroko. Hingga saat ini ia sedang bergelut di jenjang S2 jurusan Islamic Studies di Université Qarawiyyin, Dar El Hadith El Hassania, Rabat. Selain itu, ia telah menulis sebuah novel berjudul "Dari Sabang Sampai Maroko (Sang Pujangga Cinta & Penakluk Afrika Utara-Andalusia)" yang diterbitkan pada tahun 2017.
Spesial Lebaran
La Fête du Mouton (Seluk Beluk Lebaran Idul Adha di Maroko)
Gema takbir membahana ke seantero jagad raya. Kalimat suci yang dilantunkan indah dan syahdu itu, begitu menyejukkan hati setiap insan ...
Hot Posts
-
1. Al-Qiraat Secara Bahasa Secara bahasa al-qiraat berasal dari istilah Bahasa Arab yaitu bentuk jama’ dari Ù‚ِرَاءَØ© , yang be...
-
Gema takbir membahana ke seantero jagad raya. Kalimat suci yang dilantunkan indah dan syahdu itu, begitu menyejukkan hati setiap insan ...
-
وأجملُ منك لم تراه Ù‚َØ·ُّ عَين وأطيبُ منك لم تَÙ„ِدِ النساءُ Ø®ُÙ„ِقتَ Ù…ُبَرَّءاً Ù…ِÙ† ÙƒُÙ„ِّ عَيبٍ كأنك قد Ø®ُÙ„ِقتَ كما تشاءُ قمرٌ .. قمرٌ ...
-
Andalus, Surga Yang Dijanjikan, Bukan Permata Yang Hilang (Berdasarkan kisah perjalanan intuitif Dr. Husayn Mu'nis) Berdiri di ...